BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) — Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) Dedi Hermawan menyakini dibawah kepemimpinan empat tokoh anak muda di Lampung bakal memberikan harapan baru bagi masyarakat.
Dedi mengatakan, Pemimpin muda kerap identik dengan semangat tinggi, inovasi, keberanian, dan kecepatan kerja. Mereka biasanya lebih fleksibel, adaptif terhadap perubahan, dan melek teknologi.
“Kini, wajah-wajah muda hadir di pucuk kepemimpinan Pemerintah Provinsi Lampung: Gubernur, Ketua DPRD, hingga Sekretaris Daerah berasal dari generasi yang sama—generasi muda yang membawa harapan baru bagi kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” kata Dedi kepada media ini. Minggu (22/06/2025).
Bahkan, kata Dedi, Optimisme publik pun tumbuh dengan menaruh harapan besar di tangan para pemimpin muda di Lampung dan diyakini akan lahir kebijakan-kebijakan progresif, populis, kreatif dan solutif untuk menjawab ragam persoalan klasik di Bumi Ruwa Jurai.
‘Mulai dari infrastruktur jalan yang masih menyedihkan, capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah se-Sumatera, kemiskinan dan pengangguran yang membayangi, hingga lemahnya sinergi antar kabupaten/kota. Lampung saat ini masih jauh dari cita-cita pemerintahan yang baik dan bersih. Harapan terhadap para pemimpin muda adalah agar mereka mampu memutus mata rantai kegagalan pembangunan dan memperbaiki wajah pelayanan publik secara nyata,” ungkapnya
Sehingga, sambung Dedi, hadirnya pemimpin dari generasi yang sama dengan semangat muda merupakan peluang besar untuk membangun kerja tim yang solid dan efektif.
“Mereka punya frekuensi yang sama, dari sisi ide, spirit, dan cara kerja. Ini bisa menjadi modal kolektif yang kuat dalam mengeksekusi program-program prioritas pembangunan daerah,” jelasnya.
Ia menambahkan, generasi muda juga tidak menjebak mereka pada gaya komunikasi semata.
“Yang dibutuhkan masyarakat adalah hasil dan dampak. Pemimpin muda harus berani membuat terobosan, tapi juga siap menghadapi kritik dan bekerja berbasis kebutuhan rakyat, bukan pencitraan,” tegasnya.
Ia menambahkan, tantangan tidak kecil, Sejarah mencatat bahwa usia muda tidak selalu menjadi jaminan keberhasilan. Masyarakat Lampung masih menyimpan memori pahit terhadap kepemimpinan muda periode 2014–2019, yang dinilai gagal mengangkat derajat pembangunan daerah. Catatan kelam itu seharusnya menjadi pelajaran penting agar tidak terulang kembali.
“Kini publik menanti, apakah generasi baru ini bisa tampil beda—bukan hanya dari gaya komunikasi dan narasi, tetapi juga dari capaian dan dampak nyata? Apakah semangat muda ini mampu menjawab tantangan pembangunan yang selama ini terbengkalai?,” terangnya
Ia mengungkapkan, jika rakyat Lampung tidak menuntut hal yang muluk, hanya ingin merasakan perubahan yang nyata.
“Jalanan yang layak. Layanan publik yang mudah. Kesempatan kerja yang adil. Dan pembangunan yang tidak hanya berhenti di baliho dan media sosial,” tutupnya. (hen)