BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) – Sejumlah warga asal Lampung Timur dan Bandar Lampung mengeluhkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) yang berlokasi di Jl. Dokter Rivai, Penengahan, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.
Keluhan tersebut disampaikan oleh keluarga pasien yang sedang menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUDAM.
Salah satu keluarga pasien asal Lampung Timur mengungkapkan kekecewaannya saat diwawancarai awak media beberapa waktu lalu
“Orangtua saya digigit ular kobra saat mengecek kandang kambing sekitar jam 10 malam. Kami langsung membawanya ke rumah sakit terdekat di Lampung Timur. Namun karena di sana tidak tersedia obat penanganan gigitan ular, kami dirujuk ke RS Abdul Moeloek,” jelasnya.
Namun sesampainya di RSUDAM pada pukul 23.00 WIB (19/05), hingga keesokan harinya pukul 14.00 WIB (20/05), pasien tersebut belum juga mendapatkan ruangan rawat inap.
Keluhan serupa juga disampaikan warga lain asal Bandar Lampung. ZK, yang sedang menjaga mertuanya di ruang IGD, menyatakan telah menunggu sejak pukul 11.00 WIB tanpa kejelasan mengenai ketersediaan ruangan.
“Saya dari jam 11 pagi sampai sekarang jam 2 siang belum juga ada ruangan. Alasan dari pihak rumah sakit katanya ruangan masih penuh,” ujarnya.
ZK juga menyayangkan adanya dugaan perbedaan perlakuan terhadap pasien berdasarkan kelas layanan. “Mertua saya pakai Askes kelas 2. Mungkin karena itu jadi sulit dapat ruangan. Coba kalau kita bisa tambah uang untuk naik kelas, biasanya langsung dapat,” tambahnya.
Warga berharap RSUD Abdul Moeloek dapat memperbaiki sistem pelayanan, khususnya dalam penyediaan ruang rawat inap, agar tidak menyulitkan pasien yang membutuhkan perawatan segera.
Sebelumnya, sejumlah keluarga pasien mengeluhkan kondisi pelayanan dan fasilitas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek (RSUDAM), Lampung.
Keluhan ini terutama berkaitan dengan kurangnya privasi pasien serta suasana yang dinilai tidak kondusif untuk pemulihan.
Sarladi, salah satu keluarga pasien, menyebut penempatan ruang perawatan di zona satu IGD RSUDAM sebagai tidak layak.
Menurutnya, posisi ruangan yang berada di sebelah kiri pintu masuk utama membuat pasien tidak nyaman karena langsung terlihat oleh siapa pun yang melintas.
“Kamar pasien itu letaknya persis di samping pintu masuk utama. Jadi orang yang masuk bisa langsung melihat ke arah pasien. Tentu membuat pasien jadi risih,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Ia juga menyoroti minimnya perlindungan privasi karena ruangan tersebut tidak dilengkapi dinding atau pintu, hanya dibatasi tirai.
“Cuma dikasih gorden saja. Kalau gordennya terbuka, dari luar IGD juga bisa langsung terlihat,” tambahnya.
Keluhan serupa disampaikan oleh Yanti, keluarga pasien lainnya. Ia mengaku terganggu dengan aktivitas sejumlah mahasiswa magang yang mondar-mandir di ruang IGD.
“Ada sekitar 7–8 mahasiswa magang yang mondar-mandir di ruangan sambil membawa buku. Suasananya jadi tidak tenang, padahal pasien butuh istirahat,” jelasnya.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak kepala IGD RSUDAM mengenai berbagai keluhan tersebut.
Upaya konfirmasi kepada kepala IGD juga terhambat. Petugas keamanan menyatakan bahwa akses hanya bisa dilakukan dengan janji temu dan membawa surat pengantar resmi.
“Kalau mau ketemu kepala IGD harus janjian dan bawa form. Biasanya juga beliau sibuk dan jarang di ruangan,” ujar salah satu petugas keamanan.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai komitmen RSUDAM dalam memberikan pelayanan yang nyaman dan manusiawi, khususnya di unit yang menangani kondisi darurat. (edy)