MBG Sukabumi Dihentikan

BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) – Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Muhtadi, angkat bicara terkait keracunan masal yang diduga berasal dari Program Makan Berizi Gratis (MBG).

Ia mengatakan bahwa telah turun langsung ke lapangan pada Jumat lalu untuk melakukan pengecekan.

Muhtadi menegaskan, dapur MBG perlu segera melakukan perbaikan dan memenuhi standar kesehatan, khususnya terkait sanitasi.

“Kami sudah sampaikan kepada kepala SPPG dan juga berkoordinasi dengan korwil . Apa yang harus mereka lakukan harus sesuai ketentuan, termasuk penjamah makanan. Kita harapkan kasus seperti ini tidak terulang lagi,” ujar Muhtadi.

Menurutnya, saat ini pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari BPOM.

Sementara itu, aktivitas dapur MBG oleh Kepala SPPG untuk sementara dihentikan.

“Kepala SPPG sendiri sudah meminta dilakukan inspeksi sanitasi agar dapur bisa berjalan dengan baik, khususnya terkait sanitasi,” tambahnya.

Terkait korban keracunan, Muhtadi memastikan seluruhnya sudah mendapat penanganan medis di Puskesmas dan saat ini dalam kondisi membaik.

“Alhamdulillah semua yang keracunan sudah tertangani dan terus kami pantau,” tutupnya.

Sebelumnya,Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai upaya pemerintah meningkatkan kesehatan anak sekolah justru menimbulkan tragedi.

Pasalnya, Puluhan siswa dari dua sekolah berbeda di Bandar Lampung mengalami keracunan massal setelah menyantap makanan MBG pada Jumat (29/8/2025) lalu.

Data yang dihimpun media ini menyebutkan, sedikitnya 12 siswa SDN 2 Sukabumi dan 21 siswa SMPN 31 Campang Raya tumbang dengan gejala mual, sakit perut, hingga diare. Tiga di antaranya harus dilarikan ke RS Urip Sumoharjo untuk mendapat perawatan intensif.

Kejadian ini sontak membuat panik para orang tua. Sejumlah wali murid menuturkan, anak-anak mulai mengeluhkan pusing, sakit perut, dan buang air terus-menerus tak lama setelah menyantap makanan gratis dari program pemerintah tersebut.

“Setelah makan MBG, anak-anak langsung sakit perut, pusing, bahkan ada yang menangis kesakitan. Kami tidak menyangka makanan yang seharusnya menyehatkan justru membahayakan,” ujar salah satu wali murid, yang enggan disebutkan namanya, kepada media ini.

Ia mendesak agar program MBG segera dievaluasi. “Kami minta pihak sekolah dan dinas terkait bertanggung jawab. Anak-anak kami jadi korban, bahkan ada yang dirawat di rumah sakit. Ini membahayakan, jangan sampai terulang lagi,” tandasnya.