BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) – Ratusan mahasiswa Universitas Lampung (Unila) menggelar aksi solidaritas dengan menyalakan seribu lilin dan mengadakan doa bersama untuk mengenang 40 hari wafatnya Pratama Wijaya Kusuma. Kegiatan berlangsung khidmat di Bundaran Kampus Unila, Selasa malam (3/6/2025).
Pratama, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila, meninggal dunia pada 28 April 2025. Ia diduga menjadi korban kekerasan fisik saat mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (Mahepel) pada 14–17 November 2024 di Desa Talang Mulya, Kabupaten Pesawaran.
Dalam aksi tersebut, para mahasiswa duduk melingkar, menyalakan lilin, mendengarkan puisi dan orasi, serta memanjatkan doa bersama. Alunan musik biola mengiringi suasana reflektif yang mengiringi prosesi tabur bunga di depan foto almarhum.
Koordinator aksi, Zidan, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan sekaligus pernyataan sikap untuk terus mengawal proses hukum kasus Pratama hingga tuntas.
“Kami hadir malam ini membawa harapan agar kebenaran terungkap dan keadilan ditegakkan. Kami mendesak agar proses hukum dilakukan secara terbuka dan bertanggung jawab,” tegas Zidan.
Kasus yang menimpa Pratama mencuat ke publik setelah Aliansi Mahasiswa FEB Unila Menggugat melakukan sejumlah aksi unjuk rasa, menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pihak kampus serta aparat penegak hukum.
Hingga kini, proses hukum atas dugaan kekerasan dalam Diksar Mahepel masih berjalan. Aksi seribu lilin menjadi simbol solidaritas civitas akademika Unila sekaligus desakan moral agar dunia pendidikan terbebas dari praktik kekerasan yang membahayakan nyawa. (Yud)