BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) — Rencana pembangunan kereta gantung yang diusung oleh Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, kembali menuai kritik.
Kali ini, suara penolakan datang dari seorang konten kreator TikTok bernama Ms. Bong, yang menyampaikan pandangannya melalui sebuah unggahan video di media sosial.
Dalam video tersebut, Ms. Bong menyampaikan bahwa pembangunan gondola di Bandar Lampung belum menjadi kebutuhan prioritas masyarakat. Ia menilai, proyek tersebut lebih mencerminkan upaya meniru konsep kota wisata di luar negeri seperti Swiss atau Victoria Peak di Hong Kong, yang menurutnya belum relevan diterapkan di kota ini.
“Lampung belum perlu dijadikan ala-ala Swiss dengan gondola atau kereta gantung. Yang dibutuhkan justru ruang terbuka hijau yang layak dan transportasi umum yang memadai,” ujar Ms. Bong.
Menurutnya, ketimbang menghabiskan anggaran triliunan rupiah untuk membangun gondola, Pemerintah Kota sebaiknya memprioritaskan pembangunan ruang terbuka hijau yang terjangkau dan bermanfaat langsung bagi masyarakat, khususnya anak-anak.
“Dana ratusan juta sudah cukup untuk membuat taman bermain yang bagus dan awet. Anak-anak bisa bermain dengan bebas, loncat-loncat, jungkir balik, dan itu jauh lebih sehat daripada terus-terusan scroll TikTok,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti pentingnya keberadaan transportasi umum yang aman dan nyaman. Ms. Bong menyebutkan bahwa jika tersedia angkutan umum yang baik, anak-anak bisa menjadi lebih mandiri dalam beraktivitas sehari-hari tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi orang tua.
“Sekarang, anak-anak harus diantar-jemput. Orang tuanya pun jadi merasa harus tampil atau pamer kendaraan, dan itu bukan budaya yang sehat,” ucapnya.
Salah satu poin utama kritik Ms. Bong tertuju pada alokasi anggaran yang diwacanakan mencapai Rp2,5 triliun untuk proyek gondola tersebut. Menurutnya, angka sebesar itu seharusnya diarahkan untuk membangun sistem transportasi publik yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.
“Kalau memang anggarannya Rp2,5 triliun untuk bikin gondola yang 90–99 persen masyarakatnya bahkan tidak butuh, bukankah lebih baik dialihkan untuk membangun sistem transportasi umum? Yang tidak ada saat ini bukan uangnya, tapi niatnya,” tegasnya.
Ia pun menyinggung bahwa kemungkinan wacana pembangunan ini hanya muncul sebagai jawaban spontan terhadap tekanan atau pertanyaan publik mengenai program selanjutnya dari Wali Kota.
“Mungkin karena sering ditanya, Mau bikin apa selanjutnya? lalu dijawab saja spontan: Kereta gantung. Tapi sebagai pemimpin, kita harus sadar bahwa tidak semua ide besar itu selalu tepat. Bisa jadi bagus, tapi belum tentu dibutuhkan sekarang. Mungkin nanti, 20 atau 50 tahun lagi, tapi jangan hanya karena ego, lalu dipaksakan sekarang,” ujarnya.
Lebih jauh, Ms. Bong menekankan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui dan menyuarakan pendapat terhadap kebijakan yang menyangkut anggaran publik.
“Saya yakin, kalau masyarakat tahu dan benar-benar memahami bahwa anggaran Rp2,5 triliun akan digunakan untuk gondola, mayoritas akan menolak. Karena pada akhirnya, itu uang kita bersama, dan kita punya hak untuk bilang setuju atau tidak,” pungkasnya.
Dana dari Investor
Menanggapi kritik tersebut, Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, memberikan klarifikasi melalui kolom komentar pada unggahan Ms. Bong.
“Halo Ms. Bong… perlu diluruskan deh, itu dana dari investor, jadi tidak menggunakan APBD. Karena APBD kita gak mampu, masih banyak skala prioritas yang harus dikerjakan,” tulisnya.
Ia menambahkan bahwa lahan yang tidak terpakai akan dimanfaatkan oleh investor, dan hasil dari sektor wisata tersebut akan dibagi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Merespons komentar Wali Kota, Ms. Bong tetap menyuarakan kehati-hatian dalam mengelola kerja sama dengan investor.
“Lebih baik jangan juga sih, Bunda. Investor juga bisa kapok dan nggak mau investasi lagi di Lampung. Minta mereka investasi di kendaraan umum. Oh ya Bun, lampu jalan dibayar ya tagihan PLN-nya,” balasnya.
Tidak hanya itu Akun @ninety-seven menyoroti kondisi lampu jalan yang mati di sejumlah titik.
“Bener banyak banget loh lampu di jalanan mati, apalagi jalanan bypass tuh, padahal jalan utama harusnya lampu menyala,” tulisnya.
Sementara itu, akun @nuari.chester mengungkapkan kekecewaan terhadap mandeknya pembangunan transportasi publik di bawah kepemimpinan Eva Dwiana.
“Padahal dulu mantan suaminya buat public transport gede-gedean sampai demo di mana-mana karena penolakan. Kirain bakalan bisa gede kayak TransJakarta. Eh pas di bawah Bunda ini malah nggak diurus lagi. Susah punya wali kota yang pikirannya umroh melulu,” ungkapnya.
Komentar tersebut ditanggapi santai oleh Ms. Bong “Masa sih sudah mantanan?”
Perdebatan seputar proyek ini menunjukkan adanya perhatian publik terhadap tata kelola pemerintahan dan pelayanan dasar di Kota Bandar Lampung, terutama terkait investasi, infrastruktur, dan transportasi public.
Sebagai informasi, proyek kereta gantung yang diusung Eva Dwiana direncanakan akan dimulai dari area rumah dinas wali kota yang memiliki luas sekitar tiga hektare dan dinilai strategis. Meski disebut sebagai salah satu program unggulan, proyek ini masih memicu pro dan kontra di tengah masyarakat. (Vrg)











